Triangle love
Pagi
ini begitu cerah. Dengan senang hati Mentari mulai menyinari belahan bumi
indonesia bagian barat. suara kenalpot kendaraan bermotor dan cerobong pabrik
mulai menghidupkan suasana pagi khas ibu kota, bukan hanya itu saja yang membuat
keramaian di kota ini. suara hiru piku kantin sekolah pun turut menyumbangkan keramaian,
seperti kantin sekolah SMAN 12 Surabaya saat ini.
Suasananya
sangat ramai. bel istirahat yang berkicau sekitar 5 menit yang lalulah penyebab
ramainya kantin . Hampir seluruh murid berkumpul disini untuk mengisi perut
mereka yang sejak tadi menimbulkan bunyi yang tidak jelas. Obrolan kecil mulai
tercipta di salah satu meja paling pojok dekat pintu keluar kantin, disela-sela
aktivitas makan mereka.
“sepertinya MOS kali
ini tidak begitu seru, karena atribut yang dipakai tidak lengkap!” ucap seorang
gadis dengan nada yang sedikit kecewa karena pihak sekolah mengintruksikan
bahwa dirinya tidak boleh membuat atribut yang lebih lucu, disebabkan MOS kali
ini berteptan dengan bulan puasa. Dan perkenalkan dia adalah seorang siswi yang
menjabat sebagai ketua osis di sebuah sekolah SMAN 12 Surabaya yang bernama
Tari.
“walaupun
atributnya tidak seru, yang penting kita bisa merencanakan kegiatan yang
menyenangkan, bukan?” timbal seorang gadis disebelah kirinya, dengan wajah yang
meyakinkan. Tak lain, dia adalah siswi yang menjabat sebagai sekretaris 2 di
OSIS.
“benar
juga” jawab seorang siswa sambil manganggukkan kepalanya setuju. Siswa yang
satu ini, berkedudukan sebagai sekretaris1 di OSIS.
“oiya,
seharusnya kita ber optimis untuk menyeramakkan kegiatan MOS ini dengan
gembira! Bukan dengan wajah kusut milikmu bu ketua”. Ucap seorang siswa yang
duduk disebelah kiri ketua osis itu, dengan menatap sinis kepada ketua osisnya.
Dia adalah bendahara 1 di OSIS.
Orang
yang dituju hanya manggut-manggut tanda mengerti.
“tak
usa cemas hanya karena atribut, lebih baik kita berantusias untuk mencari
gebetan!” usul seorang gadis yang berkedudukan sebagai bendahara 2 di OSIS itu,
dengan sangat antusias.
Tak
lama kemudian sebuah jitakan mendarat mulus dikepala, gadis yang sangat
antusias itu. Tak lain pelakunya adalah sekretaris 1 yang bernama putra itu.
Dan tepat sekali bendahara itu bernama putri.
“yak
appo! Kenapa kau menjitakku?” tanya putri dengan sangat marah. Karena dia takut
jitakan itu merusak tatanan rambut lurusnya. Dengan lincahnya dia langsung
mengambil kaca dan membenarkan rambutnya itu dengan jari.
“dasar,
gadis centil!” jawab putra dengan tatapan yang tak bisa diartikan dengan
kata-kata.
“sudah-sudah.
Apa kalian tidak sadar, kalau kalian sedang berada di kantin, huh? Kau putri
suaramu sangat cempreng. Dan kau putra, apakah kau tak bisa mengendalikan
tanganmu untuk tidak menjitaknya?” tanya sekretaris 2, melerai mereka. Sebut
saja namanya Hanif.
Yang
ditanyai hanya diam dan melanjutkan makannya. Sedangkan ketua osis yang bernama
Tari itu, hanya menggelengkan kepala melihat aksi ketiga anggotanya yang
berkelakuan aneh. Bendahara 1 pun juga menggelengkan kepala hampir bersamaan
dengan gelengan Tari, panggil saja namanya Devan.
‘teeeet......tet.....’
Mendengar
suara itu, mereka ber-lima langsung meninggalkan kantin. Dan pastinya mereka
sudah membayar makanan yang sudah dimakan mereka sebelum beranjak meninggalkan
kantin.
-.-.-.-.
“Bro,
kamu mau masuk ke SMA mana?” tanya seorang anak laki-laki dengan memakai
seragam putih biru SMP, dengan secarik kertas pendaftaran yang dipegang rapi
oleh tangannya.
“Mungkin
ke...” anak laki-laki itu menggantungkan kalimatnya, dan tergambar raut gelisah
di wajahnya. “Entahlah, mungkin aku akan bertanya kepada orang tuaku dulu”,
lanjutnya kemudian.
“Nanti
kalau sudah tahu mau masuk SMA mana, hubungi aku ya..!” ucap anak laki-laki itu
dengan sedikit berteriak, karena anak laki-laki yang diajak bicara tadi sudah
meninggalkannya sejak beberapa detik yang lalu setelah meneima telepon entah
dari siapa. Perkenalkan, anak laki-laki yang bertanya tadi bernama Candra.
Sedangkan lawan bicarnya adalah Murti.
“Ya!”
jawabnya, dengan sedikit berteriak supaya dapat didengar oleh Candra yang
berada dibelakangnya. Murti jalan dengan setengah berlari, karena sudah
ditunggu oleh orang tuanya didepan gerbang SMAN 12 Surabaya, tempat dimana dia
mengambil formulir daftar ulang masuk SMA.
----
Saat
Murti sampai dirumahnya, dia disuruh untuk memilih sekolah mana saja asalkan bukan
sekolah yang dianggap tidak bermutu oleh orang tuanya. Akhirnya dia memilih SMAN
12 sebagai tempat menimba ilmu selama 3 tahun ke depan nanti. Usai menentukan SMA
mana yang dipilih, dia langsung menghubungi Candra.
_ _ _
MOS
atau Masa Orientasi Siswa, serentak diadakan diseluruh SMA yang berada di
Surabaya. Walaupun MOS kali ini bertepatan dengan bulan Ramadhan, tetapi tidak
membuat peserta dan pembimbing kehilangan semangatnya untuk melaksanakan ritual
penyambutan siswa baru tiap tahun ajaran baru.
Jam
06.45 dimana seluruh siswa SMAN 12 Surabaya mulai kegiatan KBM. Lain halnya
dengan peserta didik baru beserta para kakak Osis, saat ini mereka mengadakan
upacara pembukaan MOS di gedung aula sekolah yang berada di tengah-tengah
sekolah. Setelah 20 menit mereka mengikuti upacara, peserta MOS langsung
mengikuti kakak Osis sesuai dengan gugusnya masing-masing.
_ _ _suasana di gugus 5
Terlihat
seorang siswi sedang duduk di tempat duduk guru, dengan menghadap kearah
jendela. Tergambar jelas diwajahnya ekspresi bahagia. Mungkin karena untuk
pertama kalinya dia akan membimbing peserta MOS. Sekaligus menjadi koordinator
gugus lima. Perasaan bahagia bercampur panik menghinggapi hatinya, tepat
setelah mengingat bahwa dia menjadi koordinator gugus.
“Han,
apa kamu membawa buku yel-yel?” tanya seorang sisiwi yang sama-sama memakai
almamater berwarna ungu muda kepadanya. Panggil saja namanya Rahma.
“pastinya!”
sahutnya dengan mengangkat sebuah buku yang dipegangnya sejak tadi.
“kak,
kita mulai untuk pemilihan ketua dan wakil gugus, ya...” pintanya dengan nada
sedikit memohon. Sebut saja namanya Ipin. Seorang siswa berkulit putih, sedikit
gemuk, dengan nada bicara yang khas seperti orang Madura.
“silahkan”jawab
Rahma singkat.
Pemilihan
ketua dan wakil gugus pun dilakukan. Saat pemilihan, aku melihat ada seorang
anak cowok dengan seragam putih biru yang dibalut dengan jemper warna biru maju
kedepan bersama seorang cewek yang dipastikan bahwa mereka berdualah yang
dipilih sebagai calon ketua.
Kalau dilihat-lihat mereka berdua sama-sama
memiliki babby face dan berkulit putih. Tapi, bedanya cowok itu lebih tinggi
dari pada cewek yang berada disebelahnya. Nama mereka adalah Murti dan Mega.
Setelah voting dilakukan Mega-lah yang menjadi ketua gugus 5, sedangkan Murti
terpilih menjadi wakil ketua gugus.
Usai penentuan itu
berlangsung, gugus 5 mulai mengumandangkan yel-yel mereka. Yups, lebih tepatnya
mereka sedang latihan yel-yel yang akan dilombakan di penutupan MOS hari Rabu
nanti. Kemudian acara selanjutnya diisi dengan materi yang diberikan oleh guru
piket MOS saat itu.
Bel sekolah telah berbunyi.
Menyisakan suara gemuruh dari setiap kelas. Seperti saat ini, osis gugus 5
sedang memberikan no. Hp masing-masing dengan tujuan jika ada sesuatu bisa
bertanya kepada mereka.
Author POV
Kini, koridor sekolah
terlihat penuh oleh para siswa-siswi yang hendak pulang, suara canda dan
obrolan singkat mengiringi langkah mereka untuk meninggalkan sekolah. kecuali
untuk para Osis, mereka harus berkumpul terlebih dahulu untuk mendiskusikan
tentang kegiatan yang akan di laksanakan besok. Tetapi, diskusi itu belum
lengkap jika tidak ada hawa gosip yang terjadi disana. Seperti saat ini.
“aku dengar kalau di
gugus 5 itu ada cowok yang keren! Apa itu benar, Han?” mulai seorang siswi
dengan wajah antusiasnya bertanya kepadaku. Panggil saja namanya Rosa.
“benarkah?!” bahkan
kini sang ketos pun ikut ber gosip ria.
Aku hanya menanggapi
dengan anggukan dan terkadang menjawab “iya”. Hanya itu saja. Tidak bermaksud
untuk menjawab lebih panjang, karena aku tidak ingin energiku terkuras habis
hanya untuk bergosip yang tidak penting-mengingat perutku sedari tadi sudah
menimbulkan bunyi khas jika sedang lapar. Kalau saja ini bukan bulan puasa,
mungkin saat ini aku sudah berada di kantin dengan makanan penggoda mata yang
ada di hadapanku.
Setelah 20 menit
berdiskusi, suasana koridor yang hanya menyisakan segelintir orang itu pun
terlihat ramai kembali dengan keluarnya member OSIS dari kelas 7A.
Author End
Murti POV
Hari
ini hari yang menyenangkan bagiku, karena hari ini aku bisa menjadi anak SMA
meskipun masih MOS. Banyak kejadian yang tidak terlupakan seperti saat aku
terpilih menjadi wakil ketua gugus 5 dan kakak kelas yang sempat meminta no.
Telephon ku tadi.tetapi satu hal yang tidak bisa aku lupakan, yaitu saat aku
bertatap muka dengan kakak OSIS bernama Hanif tadi. Aaarrrgg, masih kecil.
Kak
Hanif itu orangnya supel, baik, periang, tapi kalau sudah marah bisa gaswat!
Eits, gawat. Seperti tadi saat temanku keluyuran ketika bel masuk sedang
berbunyi. Dia langsung ngomel-ngomel dan lebih parah lagi yang diomeli bukan
hanya temanku itu saja, tapi seluruh kelas juga diomelin. Fiuh... ternyata
dibalik kesempurnaan ada kekurangan ya.. J.
Oh
iya ngomong-ngomong soal kak Hanif, tadi aku mencatat no. Teleponnya. Aku
letakkan dimana ya? LupaL. “Aha...!!! ini, dia!” seru ku sepontan.
Entah kenapa aku tidak bisa melupakan kakak OSIS yang satu itu.
Saat
itu juga aku berlari menuju nakas yang berada disamping tempat tidurku.
Mengambil smartphone dan langsung menghubungi nomor kak Hanif.
“arrrghhh,
aku bingung mau kirim apa! mungkinkah aku harus bilang “hai kak? Aku murti”
dengan tanda senyum diakhir kalimat?” tanyaku dalam batin. Dan setelah
berfikir, aku hanya mengirimkan SMS kosong melompong ke nomornya kak Hanif. Aku
berharap semoga kak Hanif segera membaca SMS dariku.
Tok_tok_tok
“murti,
cepatlah turun. Kami sudah menunggumu untuk makan malam”ucap Mama dari balik
pintu kamarku.
“baik,
mam sebentar lagi murti turun” jawabku. Setelah itu, aku mendengar derap
langkah kaki mama yang semakin lama lenyap. Aku segera keluar kamar dan
menjejakan kaki dengan anak tangga penghubung kamarku dengan lantai bawah. SeSMAainya
disana, pandanganku langsung tertuju pada ayam goreng yang berada tepat,
ditengah-tengah meja makan. Tanpa babibu lagi aku langsung duduk dan makan
makanan kesukaanku itu.
Usai
makan, kami semua berbincang di ruang keluarga dengan menonton tv. Banyak hal
yang kami bicarakan. Seperti, kegiatanku selama disekolah dan cerita yang
mengasyikkan dari ke-2 kakakku yang kebetulan sama-sama melakukan MOS. Tapi,
Bedanya adalah, kalau kakakku yang cowok masuk kuliah, kalau yang cewek masuk
SMA. Tidak terasa kini waktu sudah menunjukkan jam 9 malam. Kami bergegas untuk
menuju kamar masing-masing.
Disaat
aku ada di kamar, aku teringat kalau aku tadi mengirim pesan singkat kepada kak
Hanif. Kira-kira dibalas apa tidak, ya?. Aku langsung mengambil smartphone dan
mengecek pesan masuk yang tertera dilayar handphone ku. Nihil, ternyata tidak
ada balasan dari kak Hanif. Hanya pesan masuk dari Candra dan kak Tari.
Jujur,
aku sedikit kecewa karena pesanku tidak dibalas oleh Kak Hanif. Daripada aku
mikirin itu terus, mending aku tidur, sebelum suara mama menggema ditelingaku
lagi.
Hanif POV
Aku
sangat merindukan bulan Ramadhan ini, karena bisa lebih bersosialisai kepada
masyarakat dan menebalkan iman. Hal yang paling aku rindukan adalah tadarus
bersama teman-teman yang dilaksanakan selesai sholat Tarawih. Aku ingin sekali
menghentikan waktu supaya aku bisa berkumpul dengan teman-teman, namun apa daya
itu semua hanyalah sebuah angan yang tak tersampaikan.
Saat
ini, aku sedang duduk ditepi ranjang dengan memgang handphone. Ku tatap layar
datar itu dan mendapati sebuah pesan dari nomor yang tidak dikenal, ditambah
lagi pesannya kosong. ‘Kira-kira apa maunya orang ini?’ batinku. Arrrgh.. sudahlah,
lagian saat ini pulsaku sedang menipis. lebih baik aku langsung tidur, lagian
besokkan aku harus ke sekolah.
Author POV
Gumpalan mendung, mulai
mewarnai suasana pagi di kota metropolitan ini. hanya mendung, tidak hujan.
Para siswa SMA 47 Surabaya mulai memadati kawasan sekolah. keadaan sekolah yang
semula sepi, kini telah berganti dengan suara gelak tawa siswa-siswa yang
sedang bercanda. Hal ini, berbeda dengan seorang gadis yang sedang kerepotan
membawa tumpukan buku tebal. Entah apa yang dibawanya, yang pasti buku-buku itu
menjadi penghalang untuk menambah kecepatannya berjalan.
Berbeda
dengan seoran cowok yang saat ini sedang berjalan berlawanan arah dengan gadis
itu. Dengan langkah ringan dia berjalan. Tanpa beban. sejak tadi senyum khasnya
telah terpatri di wajah imutnya, memang benar-benar tidak ada beban. Bersama
temannya dia berjalan dengan melemparkan gurauan-gurauan kecil. hingga jarak
antara dirinya dengan gadis tadi semakin dekat.
“BRUKKK!”
Suara
tubrukan itu tidak bisa terhindar lagi. Beberapa buku tebal telah tergeletak di
lantai. Seorang gadis yang membawa buku tadi, terlihat menahan amarah dan
sedikit shock karena buku-bukunya tergeletak tak berdaya di sekitar kakinya.
“Omo!!”
pekik gadis itu, dengan menatap seorang cowok yang menabraknya tadi. Dia
terlihat menahan amarah. Sedangkan lawan bicaranya hanya diam, karena disini memang
salahnya dia. Tanpa babibu lagi, dia langsung jongkok dan mengambil semua
buku-buku yang telah mencium lantai sejak beberapa detik yang lalu.
“maafkan
saya, kak..” kata cowok itu. Sedangkan anak siswi didepannya tidak menggubris
perminta maafan itu, malah dia langsung pergi meninggalkan anak laki-laki itu,
sesudah membereskan bukunya, yang sempat terjatuh. Sedangkan lelaki itu hanya
diam menatapi gadis yang baru saja melewati dirinya.
Han POV
‘aaarrrgh, kenapa harus pakai acara nabrak segala?
Gak lucu L’
rutuknya dalam hati.
“bukkk!”
“huaaaaaaa kenapa harus nabrak lagi?!” omelnya.
“han, cepat masuk! Kami sudah menunggumu sejak setengah
jam yang lalu!” perintah Ketua Osis.
“aissh..... yaiya, aku masuk!”. Rutuknya.
Suasana
didalam Ruang Osis sedikit mencekam. Hal itu dibuktikan dengan wajah Tari yang
terlihat menahan marah. Ditambah lagi dengan keheningan yang menyelimuti
ruangan ini. membuatku semakin bergidik ngeri saja.
“Cepat ajak keluar anggota Osis yang se-gugus
denganmu!” ucap Tari dengan suara dingin dan tatapan tajamnya. Kulirik teman-teman yang segugus denganku
seolah-olah aku bertanya lewat tatapan ‘ada apa?’. ‘Arrrgh... ada masalah apa
lagi ini?’ tanyaku dalam hati. tanpa babibu lagi aku mengajak mereka keluar.
At Gugus 5 POV
Suasana ramai
telah terlihat di gugus 5. Keceriaan, kehebohan, bahkan gelak tawa pun
menghiasi pagi mereka kali ini. namun, siapa sangka semua itu seketika lenyap
saat pendamping OSIS masuk ke ruangan dengan wajah ditekuk kecuali pemimpin
mereka, bahkan dia terlihat bingung.
“cepat katakan, apa kalian membuat kesalahan?” tanya
Han to the point dengan wajah serius dan suara datarnya mengintimidasi ke-5
anak buahnya.
“ka.kami tidak sengaja meretakkan layar handphone
milik sindita saat pengumpulan HP kemarin, Han” ujar Rahma.
“lalu?” jawabku sakratis
“dia bilang tentang hal itu kepada Putra dan minta
ganti rugi” lanjut Rahma.
Sebelum menjawabnya aku hanya menghembuskan napas
berat “kita urus itu nanti, sekarang latihan yel-yel dulu”.
Suasana yang sempat
hening tadi, kini telah kembali ramai. yel-yel mulai terdengar dari setiap
gugus. Meskipun selalu bernyanyi, tetapi mereka tak pernah mengeluh tentang
hausnya tenggorokan. 10 menit berlalu suara yel-yel tadi telah berganti dengan
kesunyian. Bunyi bel pergantian jam pelajaranlah penyebab suasana hening yang
kini melanda. Semua pendamping MOPDB duduk berdampingan di depan ruang gugus
masing-masing. Sedangkan pesertanya kini tengah menerima materi dari guru-guru
yang telah dijadwalkan.
Kini waktu pulang telah
tiba. Tidak seperti biasanya, suara koridor sekolah sedikit sepi. Meskipun ada
segelintir siswa yang melangkahkan kakinya dengan ringan ditemani chatting yang
tercipta diantara mereka, tetapi tetap saja hanya suara hening yang mendominasi
disini. Mungkin karena hari ini tenaga mereka yang terkuras cukup habis. Tak
menunggu waktu lama, kini semua murid SMAN 12 telah pulang semuanya tanpa meninggalkan
seorang pun. Termasuk para anggota OSIS.
Hanif POV
‘Do
you know? I am very tired....! huhhhh....’ gumamku dalam hati. Percuma saja
mengeluh, toh gak akan merubah keadaan. ‘lebih
baik, aku ganti baju lalu tidur! Ya, itu saran yang bagus’. Langsung saja aku
ganti baju, lalu tidur.
“drrrrrt_drrrrt_drttt”
Tidurku
terganggu karena getaran handphone. Dengan malas ku mengambil handphone yang
berada diatas nakas. Dan aku sentuh tombol kunci itu, lalu melihat pesan. Tidak
ada. Hanya pesan kosong. ‘ini siapa, sih? Mengganggu tidurku saja’ Langsung
saja ku lemparkan ke kasur dan tidur.
Murti
POV
Sejak
pulang sekolah tadi aktivitasku hanya menonton televisi. Sedangkan SMS ku tidak
dibalas sama kak Hanif. ‘Drrrrt_Drrrt’ handphonku bergetar. Langsung saja ku
ambil lalu ku baca pesannya, bukan dari kak Hanif, tapi dari siapa ya?. Hanya
berisikan “Hai”. Kira-kira siapa ya?. Ku gerakkan jariku diatas layar, untuk
membalas pesan itu. 1 detik, 2 detik 3 detik, dan kini sudah 5 menit berlalu.
Dan tidak ada jawaban. ‘arrgh... lebih baik aku tidur saja, orang aneh’.
Author
POV
‘Allahuakbar
Allahuakbar’
Terdengar
suara adzan magrib sedang berkumandang. Semua orang menyambutnya dengan
senyuman. senyuman bahagia karena buka puasa telah tiba. Sama halnya dengan
gadis yang duduk di teras rumahnya itu. Dia sedang bersiap minum untuk
membatlkan puasanya dan tak lupa senyuman yang sejak tadi mengembang di
wajahnya. Moment inilah yang selalu dinanti saat bulan puasa tiba, tentunya
selain berkumpul dengan para teman-temannya. Dia menyisahkan minuman itu, lalu
bergegas menuju mushollah yang berjarak 5 meter dari rumahnya itu.
Usai
menunaikan sholat, dia berbuka puasa bersama kedua orangtuanya. Oiya, Hanif
adalah anak tunggal dari salah satu keluarga konglomerat yang ada di kota
metropolitan ini. dia sering ditinggal sendirian di rumah, karena orangtuanya
harus bekerja. Untungnya ada bi Inah, yang selalu ada untuk Hanif. Kecuali saat
dia ada di Sekolah. hanif termasuk anak yang cuwek tapi, sebenarnya dia
perhatian.
Setelah
buka puasa di kembali ke kamar. Dan mengambil handphone yang saat itu sedang
bergetar hebat. Ada yang telfon. Langsung saja dia menekan tombol hijau.
“Hallo?” tanya Hanif pada orang seberang.
“ ”
“Hallo?” tanyanya untuk yang ke-dua kalinya
“ ”
Tak ada jawaban. Ternyata Hp-ku low-bat lalu mati.
‘orang aneh!’ ungkap dia pada handphonenya.
Seolah-olah Hpnya lah yang salah. Ada pesan masuk dari nomor tadi
“Hai kak, aku Murti”
‘ya amplop...
kirain ini no.nya siapa’
Hanif
tidak langsung membalas. Karena pulsanya tinggal Rp1000. Kasihan.. padahal
anaknya konglomerat L. dan untuk detik berikutnya nomor yang
sama mengirim pesan lagi. Dengan berat hati dia membalas pesan dari Murti itu.
Dengan kalimta jelas dan padat. “ya” hanya itu yang dia kirimkan.
Murti POV
‘yes!
Pesanku dibalas!’ girang murti. Sampai-sampai dia loncat-loncat seperti pasien
RSJ. Mengapa dia senang? Jawabannya adalah karena Murti sedang jatuh cinta
kepada Hanif, modusnya kisahnya seperti pandangan pertama. Kegirangan Murti tak
sampai disitu, dia langsung mengirimkan sms yang pesannya tidak penting. Dan,
setelah pengiriman pesan yang terahir, nampaklah kesedihan. Karena Hanif
membalas kalau dia sedang krisis pulsa. ‘Kalau begitu biar ku telphone saja kak
Hanif!’
“tut...tut..tut... nomor yang anda tuju sedang
sibuk, cobalah beberapa saat lagi!”
Kenapa
suaranya operator sih yang bunyi? Oh, ayolah kak, angkat telfonku..
“hallo?” that’s great! Telfonku diangkat. ‘tapi, aku
mau bilang apa ya, sama kak Hanif? Biar aku dengarkan suaranya saja’
“hallo?” ulangnya lagi.
“Hal-” ishh... kok telfonnya mati?. Murti pun
melihat sedih Hp-nya.
‘hah...
lebih baik aku tidur saja!’ segera dia melempar hp ke sembarang tempat-masih
dalam wilayah kasur. Kemudian melanjutkan misinya untuk tidur. Tidak memerlukan
waktu lama, dia pun telah tertidur dan tak menghiraukan hp-nya yang sejak tadi
bergetar.
Author
POV
Berbeda
dengan hari-hari sebelumnya. Begitulah ungkapan yang mungkin cocok untuk Bulan
Ramadhan. Nyaringnya suara kentongan dan gelak tawa orang-orang yang menghiasi
sunyinya sepertiga malam Ramadan ini. bunyi teriakan saur telah disulap menjadi
melodi khas bulan Ramadhan. Setiap rumah telah bangun menandakan mereka telah
saur ataupun sebaliknya. Dan hal itu berlaku bagi mereka yang hendak berpuasa di
pagi hari.
Terlihat
seorang gadis tengah bergelut dengan selimutnya. Meskipun suara nyaring ketokan
pintu telah menggema di kamarnya, tetapi hal itu tidak membuatnya terbangun.
Beginilah dia, selalu susah untuk dibangunkan. Tetapi, berbeda dengan hari ini.
Dia terlihat pucat, keringat dingin yang mulai
membasahi wajahnya, dan gelisah tengah ia rasakan. Entah apa yang dia mimpikan.
“han,
buka pintunya sayang..” teriak seseorang dari luar pintu.
“.........”
tak ada jawaban dari gadis yang dipanggil Hanif.
“tolong
ambilkan kunci cadangannya” pinta seorang wanita yang berkepala 3 itu kepada bi
Ina.
“baiklah,
nyonya” jawabnya. Lalu tak membutuhkan waktu lama, dia membawa kunci cadangan
kamar gadis itu. Kemudian wanita yang notabetnya adalah ibu dari gadis itu,
langsung membuka pintu.
‘ceklek..’
“Han,
bangun sayang..” wanita itu sedikit
mengguncangkan tubuh putrinya, namun yang dituju tidak segera membuka mata.
“Han,
bangun sayang.. hei bangun!” dengan guncangan yang sedikit kasar dari tadi dan
meninggalkan embel-embel sayang yang diucapkan tadi. Tubuh yang berada
didepannya hanya gelisah dan semakin banyak bulir keringat yang menghiasi
wajahnya. Gadis itu terlihat panik dalam tidurnya, nafasnya memburu. Entah apa
yang menghampiri tidur nyanyaknya itu.
“Han,
bangun!” kali ini berhasil membangunkannya. Gadis itu langsung memeluk mamanya
dengan tangis yang pecah. Sedangkan wanita itu mencoba menenangkan gadis yang
kini berada dalam pelukannya.
“mimpi
buruk?” tanya wanita itu. Dan hanya mendapat anggukan dari anak semata
wayangnya itu.
“kamu
mau sahur disini apa diruang makan?” tanya wanita itu.
“disini
mam” jawabnya singkat.
Selesai
sahur, dia tidak bisa tidur. Dia takut, jika dirinya kembali tidur, mimpi buruk
itu akan kembali lagi. Jadi, dia memutuskan untuk tetap terjaga.
At Murti house
“‘hoam’ masih ngantuk” gumam murti saat
dirinya akan berangkat ke sekolah. tas punggung dan baju seragam SMA sudah
melekat ditubuhnya dengan elegan. Ya, MOS telah berakhir, bahkan aroma lebaran
pun kini mulai pudar. Tetapi, tidak seperti cintanya kepada Hanif, bahkan kini
semakin bergejolak walaupun tak mendapat respon alias bertepuk sebelah tangan.
bukan tak beralasan dia menaruh hati, banyak sekali sesuatu yang membuatnya
kagum pada sosok itu. Dari info yang didapatkan ternyata Hanif itu, 6 bulan
lebih muda darinya. Tapi, hanya dia saja yang terlalu giat untuk minta sekolah.
bersambung....