Minggu, 19 Juni 2016

Triangle love

            Pagi ini begitu cerah. Dengan senang hati Mentari mulai menyinari belahan bumi indonesia bagian barat. suara kenalpot kendaraan bermotor dan cerobong pabrik mulai menghidupkan suasana pagi khas ibu kota, bukan hanya itu saja yang membuat keramaian di kota ini. suara hiru piku kantin sekolah pun turut menyumbangkan keramaian, seperti kantin sekolah SMAN 12 Surabaya saat ini.
            Suasananya sangat ramai. bel istirahat yang berkicau sekitar 5 menit yang lalulah penyebab ramainya kantin . Hampir seluruh murid berkumpul disini untuk mengisi perut mereka yang sejak tadi menimbulkan bunyi yang tidak jelas. Obrolan kecil mulai tercipta di salah satu meja paling pojok dekat pintu keluar kantin, disela-sela aktivitas makan mereka.
“sepertinya MOS kali ini tidak begitu seru, karena atribut yang dipakai tidak lengkap!” ucap seorang gadis dengan nada yang sedikit kecewa karena pihak sekolah mengintruksikan bahwa dirinya tidak boleh membuat atribut yang lebih lucu, disebabkan MOS kali ini berteptan dengan bulan puasa. Dan perkenalkan dia adalah seorang siswi yang menjabat sebagai ketua osis di sebuah sekolah SMAN 12 Surabaya yang bernama Tari.
            “walaupun atributnya tidak seru, yang penting kita bisa merencanakan kegiatan yang menyenangkan, bukan?” timbal seorang gadis disebelah kirinya, dengan wajah yang meyakinkan. Tak lain, dia adalah siswi yang menjabat sebagai sekretaris 2 di OSIS.
            “benar juga” jawab seorang siswa sambil manganggukkan kepalanya setuju. Siswa yang satu ini, berkedudukan sebagai sekretaris1 di OSIS.
            “oiya, seharusnya kita ber optimis untuk menyeramakkan kegiatan MOS ini dengan gembira! Bukan dengan wajah kusut milikmu bu ketua”. Ucap seorang siswa yang duduk disebelah kiri ketua osis itu, dengan menatap sinis kepada ketua osisnya. Dia adalah bendahara 1 di OSIS.
            Orang yang dituju hanya manggut-manggut tanda mengerti.
            “tak usa cemas hanya karena atribut, lebih baik kita berantusias untuk mencari gebetan!” usul seorang gadis yang berkedudukan sebagai bendahara 2 di OSIS itu, dengan sangat antusias.
            Tak lama kemudian sebuah jitakan mendarat mulus dikepala, gadis yang sangat antusias itu. Tak lain pelakunya adalah sekretaris 1 yang bernama putra itu. Dan tepat sekali bendahara itu bernama putri.
            “yak appo! Kenapa kau menjitakku?” tanya putri dengan sangat marah. Karena dia takut jitakan itu merusak tatanan rambut lurusnya. Dengan lincahnya dia langsung mengambil kaca dan membenarkan rambutnya itu dengan jari.
            “dasar, gadis centil!” jawab putra dengan tatapan yang tak bisa diartikan dengan kata-kata.
            “sudah-sudah. Apa kalian tidak sadar, kalau kalian sedang berada di kantin, huh? Kau putri suaramu sangat cempreng. Dan kau putra, apakah kau tak bisa mengendalikan tanganmu untuk tidak menjitaknya?” tanya sekretaris 2, melerai mereka. Sebut saja namanya Hanif.
            Yang ditanyai hanya diam dan melanjutkan makannya. Sedangkan ketua osis yang bernama Tari itu, hanya menggelengkan kepala melihat aksi ketiga anggotanya yang berkelakuan aneh. Bendahara 1 pun juga menggelengkan kepala hampir bersamaan dengan gelengan Tari, panggil saja namanya Devan.
            ‘teeeet......tet.....’
            Mendengar suara itu, mereka ber-lima langsung meninggalkan kantin. Dan pastinya mereka sudah membayar makanan yang sudah dimakan mereka sebelum beranjak meninggalkan kantin.
-.-.-.-.
            “Bro, kamu mau masuk ke SMA mana?” tanya seorang anak laki-laki dengan memakai seragam putih biru SMP, dengan secarik kertas pendaftaran yang dipegang rapi oleh tangannya.
            “Mungkin ke...” anak laki-laki itu menggantungkan kalimatnya, dan tergambar raut gelisah di wajahnya. “Entahlah, mungkin aku akan bertanya kepada orang tuaku dulu”, lanjutnya kemudian.
            “Nanti kalau sudah tahu mau masuk SMA mana, hubungi aku ya..!” ucap anak laki-laki itu dengan sedikit berteriak, karena anak laki-laki yang diajak bicara tadi sudah meninggalkannya sejak beberapa detik yang lalu setelah meneima telepon entah dari siapa. Perkenalkan, anak laki-laki yang bertanya tadi bernama Candra. Sedangkan lawan bicarnya adalah Murti.
            “Ya!” jawabnya, dengan sedikit berteriak supaya dapat didengar oleh Candra yang berada dibelakangnya. Murti jalan dengan setengah berlari, karena sudah ditunggu oleh orang tuanya didepan gerbang SMAN 12 Surabaya, tempat dimana dia mengambil formulir daftar ulang masuk SMA.
----
            Saat Murti sampai dirumahnya, dia disuruh untuk memilih sekolah mana saja asalkan bukan sekolah yang dianggap tidak bermutu oleh orang tuanya. Akhirnya dia memilih SMAN 12 sebagai tempat menimba ilmu selama 3 tahun ke depan nanti. Usai menentukan SMA mana yang dipilih, dia langsung menghubungi Candra.
_ _ _
            MOS atau Masa Orientasi Siswa, serentak diadakan diseluruh SMA yang berada di Surabaya. Walaupun MOS kali ini bertepatan dengan bulan Ramadhan, tetapi tidak membuat peserta dan pembimbing kehilangan semangatnya untuk melaksanakan ritual penyambutan siswa baru tiap tahun ajaran baru.
            Jam 06.45 dimana seluruh siswa SMAN 12 Surabaya mulai kegiatan KBM. Lain halnya dengan peserta didik baru beserta para kakak Osis, saat ini mereka mengadakan upacara pembukaan MOS di gedung aula sekolah yang berada di tengah-tengah sekolah. Setelah 20 menit mereka mengikuti upacara, peserta MOS langsung mengikuti kakak Osis sesuai dengan gugusnya masing-masing.
_ _ _suasana di gugus 5
            Terlihat seorang siswi sedang duduk di tempat duduk guru, dengan menghadap kearah jendela. Tergambar jelas diwajahnya ekspresi bahagia. Mungkin karena untuk pertama kalinya dia akan membimbing peserta MOS. Sekaligus menjadi koordinator gugus lima. Perasaan bahagia bercampur panik menghinggapi hatinya, tepat setelah mengingat bahwa dia menjadi koordinator gugus.
            “Han, apa kamu membawa buku yel-yel?” tanya seorang sisiwi yang sama-sama memakai almamater berwarna ungu muda kepadanya. Panggil saja namanya Rahma.
            “pastinya!” sahutnya dengan mengangkat sebuah buku yang dipegangnya sejak tadi.
            “kak, kita mulai untuk pemilihan ketua dan wakil gugus, ya...” pintanya dengan nada sedikit memohon. Sebut saja namanya Ipin. Seorang siswa berkulit putih, sedikit gemuk, dengan nada bicara yang khas seperti orang Madura.
            “silahkan”jawab Rahma singkat.
            Pemilihan ketua dan wakil gugus pun dilakukan. Saat pemilihan, aku melihat ada seorang anak cowok dengan seragam putih biru yang dibalut dengan jemper warna biru maju kedepan bersama seorang cewek yang dipastikan bahwa mereka berdualah yang dipilih sebagai calon ketua.
 Kalau dilihat-lihat mereka berdua sama-sama memiliki babby face dan berkulit putih. Tapi, bedanya cowok itu lebih tinggi dari pada cewek yang berada disebelahnya. Nama mereka adalah Murti dan Mega. Setelah voting dilakukan Mega-lah yang menjadi ketua gugus 5, sedangkan Murti terpilih menjadi wakil ketua gugus.
Usai penentuan itu berlangsung, gugus 5 mulai mengumandangkan yel-yel mereka. Yups, lebih tepatnya mereka sedang latihan yel-yel yang akan dilombakan di penutupan MOS hari Rabu nanti. Kemudian acara selanjutnya diisi dengan materi yang diberikan oleh guru piket MOS saat itu.
Bel sekolah telah berbunyi. Menyisakan suara gemuruh dari setiap kelas. Seperti saat ini, osis gugus 5 sedang memberikan no. Hp masing-masing dengan tujuan jika ada sesuatu bisa bertanya kepada mereka.
Author POV
Kini, koridor sekolah terlihat penuh oleh para siswa-siswi yang hendak pulang, suara canda dan obrolan singkat mengiringi langkah mereka untuk meninggalkan sekolah. kecuali untuk para Osis, mereka harus berkumpul terlebih dahulu untuk mendiskusikan tentang kegiatan yang akan di laksanakan besok. Tetapi, diskusi itu belum lengkap jika tidak ada hawa gosip yang terjadi disana. Seperti saat ini.
“aku dengar kalau di gugus 5 itu ada cowok yang keren! Apa itu benar, Han?” mulai seorang siswi dengan wajah antusiasnya bertanya kepadaku. Panggil saja namanya Rosa.
“benarkah?!” bahkan kini sang ketos pun ikut ber gosip ria.
Aku hanya menanggapi dengan anggukan dan terkadang menjawab “iya”. Hanya itu saja. Tidak bermaksud untuk menjawab lebih panjang, karena aku tidak ingin energiku terkuras habis hanya untuk bergosip yang tidak penting-mengingat perutku sedari tadi sudah menimbulkan bunyi khas jika sedang lapar. Kalau saja ini bukan bulan puasa, mungkin saat ini aku sudah berada di kantin dengan makanan penggoda mata yang ada di hadapanku.
Setelah 20 menit berdiskusi, suasana koridor yang hanya menyisakan segelintir orang itu pun terlihat ramai kembali dengan keluarnya member OSIS dari kelas 7A.
Author End
Murti POV
            Hari ini hari yang menyenangkan bagiku, karena hari ini aku bisa menjadi anak SMA meskipun masih MOS. Banyak kejadian yang tidak terlupakan seperti saat aku terpilih menjadi wakil ketua gugus 5 dan kakak kelas yang sempat meminta no. Telephon ku tadi.tetapi satu hal yang tidak bisa aku lupakan, yaitu saat aku bertatap muka dengan kakak OSIS bernama Hanif tadi. Aaarrrgg, masih kecil.
            Kak Hanif itu orangnya supel, baik, periang, tapi kalau sudah marah bisa gaswat! Eits, gawat. Seperti tadi saat temanku keluyuran ketika bel masuk sedang berbunyi. Dia langsung ngomel-ngomel dan lebih parah lagi yang diomeli bukan hanya temanku itu saja, tapi seluruh kelas juga diomelin. Fiuh... ternyata dibalik kesempurnaan ada kekurangan ya.. J.
            Oh iya ngomong-ngomong soal kak Hanif, tadi aku mencatat no. Teleponnya. Aku letakkan dimana ya? LupaL. “Aha...!!! ini, dia!” seru ku sepontan. Entah kenapa aku tidak bisa melupakan kakak OSIS yang satu itu.
            Saat itu juga aku berlari menuju nakas yang berada disamping tempat tidurku. Mengambil smartphone dan langsung menghubungi nomor kak Hanif.
            “arrrghhh, aku bingung mau kirim apa! mungkinkah aku harus bilang “hai kak? Aku murti” dengan tanda senyum diakhir kalimat?” tanyaku dalam batin. Dan setelah berfikir, aku hanya mengirimkan SMS kosong melompong ke nomornya kak Hanif. Aku berharap semoga kak Hanif segera membaca SMS dariku.
            Tok_tok_tok
            “murti, cepatlah turun. Kami sudah menunggumu untuk makan malam”ucap Mama dari balik pintu kamarku.
            “baik, mam sebentar lagi murti turun” jawabku. Setelah itu, aku mendengar derap langkah kaki mama yang semakin lama lenyap. Aku segera keluar kamar dan menjejakan kaki dengan anak tangga penghubung kamarku dengan lantai bawah. SeSMAainya disana, pandanganku langsung tertuju pada ayam goreng yang berada tepat, ditengah-tengah meja makan. Tanpa babibu lagi aku langsung duduk dan makan makanan kesukaanku itu.
            Usai makan, kami semua berbincang di ruang keluarga dengan menonton tv. Banyak hal yang kami bicarakan. Seperti, kegiatanku selama disekolah dan cerita yang mengasyikkan dari ke-2 kakakku yang kebetulan sama-sama melakukan MOS. Tapi, Bedanya adalah, kalau kakakku yang cowok masuk kuliah, kalau yang cewek masuk SMA. Tidak terasa kini waktu sudah menunjukkan jam 9 malam. Kami bergegas untuk menuju kamar masing-masing.
            Disaat aku ada di kamar, aku teringat kalau aku tadi mengirim pesan singkat kepada kak Hanif. Kira-kira dibalas apa tidak, ya?. Aku langsung mengambil smartphone dan mengecek pesan masuk yang tertera dilayar handphone ku. Nihil, ternyata tidak ada balasan dari kak Hanif. Hanya pesan masuk dari Candra dan kak Tari.
            Jujur, aku sedikit kecewa karena pesanku tidak dibalas oleh Kak Hanif. Daripada aku mikirin itu terus, mending aku tidur, sebelum suara mama menggema ditelingaku lagi.

Hanif POV
            Aku sangat merindukan bulan Ramadhan ini, karena bisa lebih bersosialisai kepada masyarakat dan menebalkan iman. Hal yang paling aku rindukan adalah tadarus bersama teman-teman yang dilaksanakan selesai sholat Tarawih. Aku ingin sekali menghentikan waktu supaya aku bisa berkumpul dengan teman-teman, namun apa daya itu semua hanyalah sebuah angan yang tak tersampaikan.
            Saat ini, aku sedang duduk ditepi ranjang dengan memgang handphone. Ku tatap layar datar itu dan mendapati sebuah pesan dari nomor yang tidak dikenal, ditambah lagi pesannya kosong. ‘Kira-kira apa maunya orang ini?’ batinku. Arrrgh.. sudahlah, lagian saat ini pulsaku sedang menipis. lebih baik aku langsung tidur, lagian besokkan aku harus ke sekolah.
Author POV
Gumpalan mendung, mulai mewarnai suasana pagi di kota metropolitan ini. hanya mendung, tidak hujan. Para siswa SMA 47 Surabaya mulai memadati kawasan sekolah. keadaan sekolah yang semula sepi, kini telah berganti dengan suara gelak tawa siswa-siswa yang sedang bercanda. Hal ini, berbeda dengan seorang gadis yang sedang kerepotan membawa tumpukan buku tebal. Entah apa yang dibawanya, yang pasti buku-buku itu menjadi penghalang untuk menambah kecepatannya berjalan.
            Berbeda dengan seoran cowok yang saat ini sedang berjalan berlawanan arah dengan gadis itu. Dengan langkah ringan dia berjalan. Tanpa beban. sejak tadi senyum khasnya telah terpatri di wajah imutnya, memang benar-benar tidak ada beban. Bersama temannya dia berjalan dengan melemparkan gurauan-gurauan kecil. hingga jarak antara dirinya dengan gadis tadi semakin dekat.
            “BRUKKK!”
            Suara tubrukan itu tidak bisa terhindar lagi. Beberapa buku tebal telah tergeletak di lantai. Seorang gadis yang membawa buku tadi, terlihat menahan amarah dan sedikit shock karena buku-bukunya tergeletak tak berdaya di sekitar kakinya.
            “Omo!!” pekik gadis itu, dengan menatap seorang cowok yang menabraknya tadi. Dia terlihat menahan amarah. Sedangkan lawan bicaranya hanya diam, karena disini memang salahnya dia. Tanpa babibu lagi, dia langsung jongkok dan mengambil semua buku-buku yang telah mencium lantai sejak beberapa detik yang lalu.
            “maafkan saya, kak..” kata cowok itu. Sedangkan anak siswi didepannya tidak menggubris perminta maafan itu, malah dia langsung pergi meninggalkan anak laki-laki itu, sesudah membereskan bukunya, yang sempat terjatuh. Sedangkan lelaki itu hanya diam menatapi gadis yang baru saja melewati dirinya.

Han POV
‘aaarrrgh, kenapa harus pakai acara nabrak segala? Gak lucu L’ rutuknya dalam hati.
“bukkk!”
“huaaaaaaa kenapa harus nabrak lagi?!” omelnya.
“han, cepat masuk! Kami sudah menunggumu sejak setengah jam yang lalu!”  perintah Ketua Osis.
“aissh..... yaiya, aku masuk!”. Rutuknya.
            Suasana didalam Ruang Osis sedikit mencekam. Hal itu dibuktikan dengan wajah Tari yang terlihat menahan marah. Ditambah lagi dengan keheningan yang menyelimuti ruangan ini. membuatku semakin bergidik ngeri saja.
“Cepat ajak keluar anggota Osis yang se-gugus denganmu!” ucap Tari dengan suara dingin dan tatapan tajamnya.  Kulirik teman-teman yang segugus denganku seolah-olah aku bertanya lewat tatapan ‘ada apa?’. ‘Arrrgh... ada masalah apa lagi ini?’ tanyaku dalam hati. tanpa babibu lagi aku mengajak mereka keluar.
At Gugus 5 POV
 Suasana ramai telah terlihat di gugus 5. Keceriaan, kehebohan, bahkan gelak tawa pun menghiasi pagi mereka kali ini. namun, siapa sangka semua itu seketika lenyap saat pendamping OSIS masuk ke ruangan dengan wajah ditekuk kecuali pemimpin mereka, bahkan dia terlihat bingung.
“cepat katakan, apa kalian membuat kesalahan?” tanya Han to the point dengan wajah serius dan suara datarnya mengintimidasi ke-5 anak buahnya.
“ka.kami tidak sengaja meretakkan layar handphone milik sindita saat pengumpulan HP kemarin, Han” ujar Rahma.
“lalu?” jawabku sakratis
“dia bilang tentang hal itu kepada Putra dan minta ganti rugi” lanjut Rahma.
Sebelum menjawabnya aku hanya menghembuskan napas berat “kita urus itu nanti, sekarang latihan yel-yel dulu”.
Suasana yang sempat hening tadi, kini telah kembali ramai. yel-yel mulai terdengar dari setiap gugus. Meskipun selalu bernyanyi, tetapi mereka tak pernah mengeluh tentang hausnya tenggorokan. 10 menit berlalu suara yel-yel tadi telah berganti dengan kesunyian. Bunyi bel pergantian jam pelajaranlah penyebab suasana hening yang kini melanda. Semua pendamping MOPDB duduk berdampingan di depan ruang gugus masing-masing. Sedangkan pesertanya kini tengah menerima materi dari guru-guru yang telah dijadwalkan.
Kini waktu pulang telah tiba. Tidak seperti biasanya, suara koridor sekolah sedikit sepi. Meskipun ada segelintir siswa yang melangkahkan kakinya dengan ringan ditemani chatting yang tercipta diantara mereka, tetapi tetap saja hanya suara hening yang mendominasi disini. Mungkin karena hari ini tenaga mereka yang terkuras cukup habis. Tak menunggu waktu lama, kini semua murid SMAN 12 telah pulang semuanya tanpa meninggalkan seorang pun. Termasuk para anggota OSIS.

Hanif POV
            ‘Do you know? I am very tired....! huhhhh....’ gumamku dalam hati. Percuma saja mengeluh, toh gak akan merubah keadaan.  ‘lebih baik, aku ganti baju lalu tidur! Ya, itu saran yang bagus’. Langsung saja aku ganti baju, lalu tidur.
            “drrrrrt_drrrrt_drttt”
            Tidurku terganggu karena getaran handphone. Dengan malas ku mengambil handphone yang berada diatas nakas. Dan aku sentuh tombol kunci itu, lalu melihat pesan. Tidak ada. Hanya pesan kosong. ‘ini siapa, sih? Mengganggu tidurku saja’ Langsung saja ku lemparkan ke kasur dan tidur.
            Murti POV
            Sejak pulang sekolah tadi aktivitasku hanya menonton televisi. Sedangkan SMS ku tidak dibalas sama kak Hanif. ‘Drrrrt_Drrrt’ handphonku bergetar. Langsung saja ku ambil lalu ku baca pesannya, bukan dari kak Hanif, tapi dari siapa ya?. Hanya berisikan “Hai”. Kira-kira siapa ya?. Ku gerakkan jariku diatas layar, untuk membalas pesan itu. 1 detik, 2 detik 3 detik, dan kini sudah 5 menit berlalu. Dan tidak ada jawaban. ‘arrgh... lebih baik aku tidur saja, orang aneh’.
            Author POV
            ‘Allahuakbar Allahuakbar’
            Terdengar suara adzan magrib sedang berkumandang. Semua orang menyambutnya dengan senyuman. senyuman bahagia karena buka puasa telah tiba. Sama halnya dengan gadis yang duduk di teras rumahnya itu. Dia sedang bersiap minum untuk membatlkan puasanya dan tak lupa senyuman yang sejak tadi mengembang di wajahnya. Moment inilah yang selalu dinanti saat bulan puasa tiba, tentunya selain berkumpul dengan para teman-temannya. Dia menyisahkan minuman itu, lalu bergegas menuju mushollah yang berjarak 5 meter dari rumahnya itu.
            Usai menunaikan sholat, dia berbuka puasa bersama kedua orangtuanya. Oiya, Hanif adalah anak tunggal dari salah satu keluarga konglomerat yang ada di kota metropolitan ini. dia sering ditinggal sendirian di rumah, karena orangtuanya harus bekerja. Untungnya ada bi Inah, yang selalu ada untuk Hanif. Kecuali saat dia ada di Sekolah. hanif termasuk anak yang cuwek tapi, sebenarnya dia perhatian.
            Setelah buka puasa di kembali ke kamar. Dan mengambil handphone yang saat itu sedang bergetar hebat. Ada yang telfon. Langsung saja dia menekan tombol hijau.
“Hallo?” tanya Hanif pada orang seberang.
“  ”
“Hallo?” tanyanya untuk yang ke-dua kalinya
“  ”
Tak ada jawaban. Ternyata Hp-ku low-bat lalu mati.
‘orang aneh!’ ungkap dia pada handphonenya. Seolah-olah Hpnya lah yang salah. Ada pesan masuk dari nomor tadi
“Hai kak, aku Murti”
 ‘ya amplop... kirain ini no.nya siapa’
            Hanif tidak langsung membalas. Karena pulsanya tinggal Rp1000. Kasihan.. padahal anaknya konglomerat L. dan untuk detik berikutnya nomor yang sama mengirim pesan lagi. Dengan berat hati dia membalas pesan dari Murti itu. Dengan kalimta jelas dan padat. “ya” hanya itu yang dia kirimkan.
Murti POV
            ‘yes! Pesanku dibalas!’ girang murti. Sampai-sampai dia loncat-loncat seperti pasien RSJ. Mengapa dia senang? Jawabannya adalah karena Murti sedang jatuh cinta kepada Hanif, modusnya kisahnya seperti pandangan pertama. Kegirangan Murti tak sampai disitu, dia langsung mengirimkan sms yang pesannya tidak penting. Dan, setelah pengiriman pesan yang terahir, nampaklah kesedihan. Karena Hanif membalas kalau dia sedang krisis pulsa. ‘Kalau begitu biar ku telphone saja kak Hanif!’
“tut...tut..tut... nomor yang anda tuju sedang sibuk, cobalah beberapa saat lagi!”
            Kenapa suaranya operator sih yang bunyi? Oh, ayolah kak, angkat telfonku..
“hallo?” that’s great! Telfonku diangkat. ‘tapi, aku mau bilang apa ya, sama kak Hanif? Biar aku dengarkan suaranya saja’
“hallo?” ulangnya lagi.
“Hal-” ishh... kok telfonnya mati?. Murti pun melihat sedih Hp-nya.
            ‘hah... lebih baik aku tidur saja!’ segera dia melempar hp ke sembarang tempat-masih dalam wilayah kasur. Kemudian melanjutkan misinya untuk tidur. Tidak memerlukan waktu lama, dia pun telah tertidur dan tak menghiraukan hp-nya yang sejak tadi bergetar.
            Author POV
            Berbeda dengan hari-hari sebelumnya. Begitulah ungkapan yang mungkin cocok untuk Bulan Ramadhan. Nyaringnya suara kentongan dan gelak tawa orang-orang yang menghiasi sunyinya sepertiga malam Ramadan ini. bunyi teriakan saur telah disulap menjadi melodi khas bulan Ramadhan. Setiap rumah telah bangun menandakan mereka telah saur ataupun sebaliknya. Dan hal itu berlaku bagi mereka yang hendak berpuasa di pagi hari.
            Terlihat seorang gadis tengah bergelut dengan selimutnya. Meskipun suara nyaring ketokan pintu telah menggema di kamarnya, tetapi hal itu tidak membuatnya terbangun. Beginilah dia, selalu susah untuk dibangunkan. Tetapi, berbeda dengan hari ini.
             Dia terlihat pucat, keringat dingin yang mulai membasahi wajahnya, dan gelisah tengah ia rasakan. Entah apa yang dia mimpikan.
            “han, buka pintunya sayang..” teriak seseorang dari luar pintu.
            “.........” tak ada jawaban dari gadis yang dipanggil Hanif.
            “tolong ambilkan kunci cadangannya” pinta seorang wanita yang berkepala 3 itu kepada bi Ina.
            “baiklah, nyonya” jawabnya. Lalu tak membutuhkan waktu lama, dia membawa kunci cadangan kamar gadis itu. Kemudian wanita yang notabetnya adalah ibu dari gadis itu, langsung membuka pintu.
            ‘ceklek..’
            “Han, bangun sayang..”  wanita itu sedikit mengguncangkan tubuh putrinya, namun yang dituju tidak segera membuka mata.
            “Han, bangun sayang.. hei bangun!” dengan guncangan yang sedikit kasar dari tadi dan meninggalkan embel-embel sayang yang diucapkan tadi. Tubuh yang berada didepannya hanya gelisah dan semakin banyak bulir keringat yang menghiasi wajahnya. Gadis itu terlihat panik dalam tidurnya, nafasnya memburu. Entah apa yang menghampiri tidur nyanyaknya itu.
            “Han, bangun!” kali ini berhasil membangunkannya. Gadis itu langsung memeluk mamanya dengan tangis yang pecah. Sedangkan wanita itu mencoba menenangkan gadis yang kini berada dalam pelukannya.
            “mimpi buruk?” tanya wanita itu. Dan hanya mendapat anggukan dari anak semata wayangnya itu.
            “kamu mau sahur disini apa diruang makan?” tanya wanita itu.
            “disini mam” jawabnya singkat.
            Selesai sahur, dia tidak bisa tidur. Dia takut, jika dirinya kembali tidur, mimpi buruk itu akan kembali lagi. Jadi, dia memutuskan untuk tetap terjaga.

At Murti house

             “‘hoam’ masih ngantuk” gumam murti saat dirinya akan berangkat ke sekolah. tas punggung dan baju seragam SMA sudah melekat ditubuhnya dengan elegan. Ya, MOS telah berakhir, bahkan aroma lebaran pun kini mulai pudar. Tetapi, tidak seperti cintanya kepada Hanif, bahkan kini semakin bergejolak walaupun tak mendapat respon alias bertepuk sebelah tangan. bukan tak beralasan dia menaruh hati, banyak sekali sesuatu yang membuatnya kagum pada sosok itu. Dari info yang didapatkan ternyata Hanif itu, 6 bulan lebih muda darinya. Tapi, hanya dia saja yang terlalu giat untuk minta sekolah.

bersambung.... 

Senin, 08 Juni 2015

cerpen: Minggu Bersamanya

Mingguku Bersamanya

Mentari mulai bersinar diufuk timur. Burung-burung kecil ditaman, mulai berkicau riang. Suara cerobong pabrik dan knalpot sepeda motor, telah terdengar. Hidupkan suasana pagi di taman.

Saat ini, aku duduk di bangku taman sendirian. Menunggu kedatangan seseorang untuk memenuhi janjinya. Ya, janjinya untuk membuat pagiku tidak membosankan. Aku menatap handphone yang sejak tadi ku genggam, berharap ada pesan masuk darinya yang telah ku kirim saat aku akan menuju ke taman. Tidak biasanya dia seperti ini, biasanya dia akan datang tepat waktu. Aku mulai mengedarkan pandanganku ke segala arah, tetapi aku tidak menemukannya juga.

"Darrrrr!!"

Mendengar suara itu, jantungku ingin melompat saat ini juga. ku putar kepalaku dan benar saja, dia sudah datang dengan membawa gitar kesayangannya. Dia mulai memintaku menyanyi. Tapi, aku bingung mau menyanyi apa. Akhirnya aku bernyanyi lagu Layla 'dengan hati' dan Geisha 'Lumpuhkanlah Ingatnku'.

Usai bernyanyi, aku disuguhkan dengan ice cream Magnum yang sangat menggiurkan di mataku dan langsung saja ku makan. Membiarkan diri ini tenggelam dalam sensasi magnum yang menggiurkan. Tanpa ku sadari ternyata dia senyum-senyum sendiri saat melihatku makan ice cream. Setalah itu, aku dan dia pulang dengan menceritakan pengalaman selama seminggu belakangan ini.

huaaaa ternyata cerpennya sudah selesai. ini karya saya sendiri lho, murni. mulanya ini sih, tugas Bahasa Indonesia. karena ingin berbagi, jadinya saya pos deh.. hehehe.. maafya, kalau tidak sebagus dengan yang lainnya. sampai jumpa lagi.. :)